Kuala Kapuas- Tangisan Yance Sayuri Lebih dari Sekadar Kekalahan, Ini Bukti Cinta pada Garuda Kekalahan Timnas Indonesia dari Jepang dengan skor telak 0-6 di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia bukan sekadar hasil buruk di papan skor. Di balik luka itu, ada cerita yang lebih dalam sebuah tangisan yang mencerminkan jiwa pejuang. Yance Sayuri, bek sayap Malut United yang baru pertama kali menjadi starter untuk Timnas Indonesia, tak kuasa menahan air matanya setelah peluit akhir berbunyi. Tangisannya bukan tanda kelemahan, melainkan bukti betapa besar cintanya pada merah-putih.
Debut yang Berat dan Tangisan yang Menggetarkan
Yance Sayuri mungkin belum menjadi nama besar di skuad Garuda, tapi momen emosionalnya di Suita City Football Stadium akan dikenang. Bermain sebagai starter pertama kalinya, ia harus menghadapi salah satu tim terkuat di Asia. Lebih menyakitkan lagi, ia harus beradaptasi dengan posisi yang tidak biasa—mulai dari bek kiri, lalu pindah ke kanan setelah kembarannya, Yakob Sayuri, dan Kevin Diks cedera.
Setelah pertandingan, Yance terlihat hancur. Rekan-rekannya seperti Jay Idzes, Thom Haye, dan Joey Pelupessy berusaha menghiburnya, tapi beban di pundaknya terasa terlalu berat. Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, mengungkapkan bahwa Yance merasa gagal memberi yang terbaik untuk bangsa.
“Dia sedih karena merasa tidak bisa berbuat banyak untuk negaranya,” kata Sumardji.
Nasionalisme yang Mengalir dalam Darah
Tangisan Yance bukan sekadar ekspresi kekecewaan atas kekalahan. Itu adalah cerminan jiwa nasionalisme yang murni—rasa sakit karena tidak mampu memberikan lebih untuk Indonesia. Di dunia sepak bola modern, di mana loyalitas pemain sering dipertanyakan, momen seperti ini langka.

Baca Juga : Aksi Premanisme Polres Kapuas Intensifkan Patroli Malam untuk Keamanan
*”Kita kalah telak 0-6, dan dia merasa jiwa nasionalismenya benar-benar terpanggil,”* tambah Sumardji.
Yance mungkin bukan pemain bintang seperti Egy Maulana Vikri atau Marc Klok, tapi sikapnya menunjukkan bahwa Timnas Indonesia tidak kekurangan pemain dengan hati. Kekalahan dari Jepang memang pahit, tapi tangisannya justru menjadi simbol harapan: masih ada pemain yang benar-benar peduli.
Lolos ke Putaran Keempat Peluang Baru untuk Bangkit
Meski dihantam Jepang, Timnas Indonesia tetap lolos ke putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia bersama Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Irak, dan Oman. Ini adalah pencapaian historis, mengingat Garuda jarang melangkah sejauh ini dalam kualifikasi Piala Dunia.
Yance dan rekan-rekannya punya kesempatan untuk menebus kesalahan. Putaran keempat yang akan digelar Oktober mendatang adalah panggung baru. Jika semangat seperti yang diperlihatkan Yance bisa menular ke seluruh tim, bukan tidak mungkin Indonesia akan membuat kejutan.
Pelajaran dari Tangisan Yance Sepak Bola Lebih dari Sekadar Menang atau Kalah
Dalam sepak bola, kekalahan adalah hal biasa. Tapi tidak semua pemain bisa merasakan sakitnya kekalahan sepenuh hati seperti Yance Sayuri. Tangisannya mengingatkan kita bahwa di balik jersey Timnas Indonesia, ada manusia dengan mimpi, harapan, dan rasa tanggung jawab yang besar.
Mungkin suatu hari nanti, ketika Indonesia akhirnya berhasil lolos ke Piala Dunia, kita akan mengenang tangisan Yance sebagai salah satu momen yang membakar semangat Garuda. Karena terkadang, air mata adalah bahasa terkuat dari seorang pejuang.